Ir. Resvani, MBA: Industri Tambang Harus Kompak Hadapi Tekanan Global dan Tantangan Domestik

Ir. Resvani, MBA: Industri Tambang Harus Kompak Hadapi Tekanan Global dan Tantangan Domestik

JAKARTA, KOMPASSINDO.COM, 21 April 2025 – Asosiasi Pertambangan Indonesia (API) menggelar acara Halal BiHalal 2025 dengan tema “Hadapi Tantangan Melalui Ukhuwah Pertambangan”. Acara yang digelar di Golden Ballroom Hotel Sultan, Jakarta, ini menghadirkan sejumlah pembicara dari berbagai asosiasi dan kementerian serta pelaku industri pertambangan. Dalam kesempatan tersebut, para peserta berkumpul untuk merayakan kebersamaan pasca-Ramadhan sambil membahas tantangan dan peluang yang dihadapi sektor pertambangan Indonesia di tengah ketidakpastian global.

Ketua Panitia Halal BiHalal 2025, Ir. Resvani, M.B.A, dalam wawancara dengan awak media, menyampaikan harapannya agar acara ini menjadi wadah bagi semua pemangku kepentingan dalam sektor pertambangan untuk bersinergi. Menurutnya, tema yang diangkat kali ini sangat relevan dengan kondisi saat ini, di mana tantangan sektor pertambangan semakin kompleks dengan adanya dinamika geopolitik dan geoekonomi yang mempengaruhi ekonomi global.

Menghadapi Tantangan Global

Ir. Resvani menjelaskan, saat ini dunia tengah dihadapkan pada sejumlah tantangan geopolitik yang mengganggu kestabilan global, seperti ketegangan politik di Ukraina, potensi ketegangan di Asia Timur, serta dinamika politik di Timur Tengah. Belum lagi, ketegangan ekonomi yang dipicu oleh perubahan tarif dan kebijakan perdagangan internasional yang mempengaruhi supply chain global, termasuk di sektor pertambangan.

“Dengan tema ‘Hadapi Tantangan Melalui Ukhuwah Pertambangan’, kita ingin mengingatkan bahwa dalam menghadapi tantangan ini, kita harus tetap solid dan bersatu. Tantangan yang kita hadapi bukan hanya soal masalah lokal, tetapi juga masalah yang bersifat global. Seperti misalnya, potensi pergeseran rantai pasokan yang terjadi akibat kebijakan tarif yang diberlakukan oleh negara-negara besar. Ini akan mempengaruhi pasar dunia, termasuk Indonesia,” ujar Resvani.

Dia melanjutkan, kondisi ini menciptakan dampak yang cukup signifikan, khususnya pada sektor manufaktur yang menjadi bagian dari rantai pasokan global. Dengan adanya kebijakan tarif yang lebih ketat, negara-negara yang terdampak akan mencari pasar baru, yang mempengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia dan negara lainnya.

Dampak Geopolitik dan Ekonomi pada Harga Komoditas

Sektor pertambangan Indonesia, yang banyak bergantung pada ekspor batu bara dan nikel, turut merasakan dampak dari penurunan permintaan energi akibat stagnasi pertumbuhan ekonomi global. “Pertumbuhan ekonomi global tahun ini diperkirakan hanya akan naik sedikit, dari 3,3% menjadi 3,2%, dengan beberapa negara maju bahkan mengalami kontraksi ekonomi. Ini mengurangi kebutuhan energi dan secara langsung mempengaruhi permintaan terhadap komoditas tambang seperti batu bara,” tambah Resvani.

Batu bara, yang hingga kini masih menjadi salah satu sumber energi utama dunia, mengalami penurunan harga akibat berkurangnya permintaan. “Meskipun Indonesia memiliki kapasitas produksi batu bara yang besar, dengan estimasi mencapai 350 juta ton, namun penurunan permintaan ini tetap memberi dampak pada harga komoditas tersebut. Untuk itu, kita perlu mengelola pasokan dengan bijak agar harga tetap stabil,” jelasnya.

Mengoptimalkan Sumber Daya Alam Indonesia

Selain tantangan global, sektor pertambangan Indonesia juga dihadapkan pada berbagai kebijakan domestik yang harus dijalankan dengan hati-hati. Salah satunya adalah kebijakan terkait kenaikan royalti dan kewajiban penahanan devisa hasil ekspor. Resvani menekankan pentingnya pendekatan yang tepat dalam mengelola sumber daya alam Indonesia agar tidak mengganggu kelangsungan operasional perusahaan tambang di dalam negeri.

“Kami sepakat untuk mencari titik optimal dalam kebijakan royalti agar sektor pertambangan tetap berjalan tanpa menimbulkan dampak negatif yang berlarut-larut. Kenaikan royalti harus dipertimbangkan dengan bijak agar perusahaan tetap dapat menjalankan operasionalnya tanpa menambah tekanan ekonomi bagi masyarakat,” ungkapnya.

Dalam hal ini, pemerintah diharapkan turut memperhatikan kebutuhan industri tambang untuk mempertahankan daya saing global sambil mendukung pembangunan nasional. “Sebagai salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), sektor pertambangan harus terus didorong untuk berkembang dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada. Namun, kita juga harus memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan mendukung keberlanjutan industri ini,” jelas Resvani.

Standarisasi dan Inovasi di Sektor Nikel

Dalam menghadapi tuntutan pasar global, Indonesia juga berusaha untuk meningkatkan kualitas produk tambang, khususnya nikel, yang kini menjadi salah satu komoditas strategis untuk industri kendaraan listrik. Resvani mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menyusun standarisasi nikel Indonesia yang dapat diterima secara internasional.

“Kami sedang merumuskan standar Indonesia untuk produk nikel yang memenuhi kriteria global. Dengan demikian, pelaku industri tidak perlu ragu untuk membeli nikel Indonesia karena kualitasnya sudah terjamin,” imbuhnya.

Selain itu, Indonesia juga berkomitmen untuk terus memperbaiki proses pengolahan dan pemurnian nikel agar lebih efisien dan ramah lingkungan. “Kami bekerja sama dengan berbagai stakeholder untuk memastikan bahwa proses nikel Indonesia dapat memenuhi standar internasional, sekaligus memberikan manfaat maksimal bagi pembangunan ekonomi Indonesia,” katanya.

Bersinergi untuk Kemajuan Bangsa

Ir. Resvani mengingatkan bahwa tantangan besar yang dihadapi sektor pertambangan ini tidak dapat diselesaikan sendiri oleh satu pihak saja. Semua stakeholder, mulai dari pelaku industri, pemerintah, hingga masyarakat, harus saling bergandengan tangan untuk mengatasi berbagai masalah yang ada.

“Penting bagi kita untuk terus menjalin sinergi antara sektor pertambangan dengan kementerian, lembaga pemerintah, serta pihak swasta. Indonesia perlu bersatu untuk menghadapi tantangan yang ada, dan sektor pertambangan memiliki peran yang sangat vital dalam mewujudkan kemakmuran rakyat,” tutup Resvani.

Dengan harapan agar sektor pertambangan Indonesia tetap mampu bertahan dan berkembang di tengah tantangan global, acara Halal BiHalal ini menjadi momentum penting untuk memperkuat ukhuwah antar asosiasi dan seluruh pemangku kepentingan. Momen kebersamaan ini diharapkan menjadi awal bagi kerjasama yang lebih solid dan strategis demi kemajuan Indonesia di masa depan.