Meski Lesu, Permintaan Batu Bara China Diramal Masih Bisa Naik

Meski Lesu, Permintaan Batu Bara China Diramal Masih Bisa Naik

Bloomberg Technoz, Jakarta – Pakar industri minerba berpendapat industri di China mulai menunjukkan tanda kebangkitan pada semester II-2025, tecermin dari pertumbuhan ekonomi yang melampaui ekspektasi yakni 5,2% secara tahunan, sehingga membuka peluang bagi kenaikan permintaan batu bara.

Kebutuhan energi listrik Negeri Panda diprediksi meningkat dan memberikan peluang bagi Indonesia untuk memasok kebutuhan batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit.

“Dengan kebangkitan industri, berarti kebutuhan akan energi listrik [China] juga akan meningkat, yang tentunya diharapkan Indonesia bisa kembali meningkatkan ekspor batu bara guna memenuhi kebutuhan energi di China,” kata Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Sudirman Widhy Hartono ketika dihubungi, Selasa (2/9/2025).

Coal stockpile./Bloomberg-Qilai Shen

Penyesuaian

Akan tetapi, Sudirman memandang penambang batu bara Indonesia perlu melakukan beberapa penyesuaian untuk tetap bisa bersaing dengan negara eksportir batu bara lainnya.

Pertama, meningkatkan efisiensi pada semua lini operasional pertambangan batu bara untuk menurunkan biaya produksi.

Kedua, mengoptimalkan proses produksi dengan penerapan teknologi yang lebih baik untuk meningkatkan efisiensi dan menekan biaya produksi.

Ketiga, mencari skenario blending yang tepat di antara produk batu bara yang dihasilkan guna mendapatkan produk batu bara dengan spek kualitas yang dibutuhkan oleh China,” tegas dia.

Keempat, penambang batu bara juga disarankan mencari tujuan ekspor batu bara alternatif selain China dan India untuk mendiversifikasi pasar ekspor Indonesia.

Dia menyarankan para penambang mengekspor produksinya ke Vietnam, Kamboja, Bangladesh, hingga Pakistan.

Lebih lanjut, Sudirman juga berharap pemerintah dapat memberikan kebijakan yang lebih longgar untuk membantu penambang menghadapi situasi bisnis yang sulit ketika permintaan batu bara sedang turun.

Dia memandang dicabutnya ketentuan kewajiban harga patokan batu bara (HPB) sebagai acuan transaksi penjualan memberikan kelonggaran bagi penambang untuk menentukan harga jual dengan pihak pembeli.

“Walaupun masih harus tetap membayarkan pajak dan royalti nya berdasarkan HBA yang ditetapkan pemerintah. Sedikit banyak hal ini diharapkan dapat membantu produsen batu bara untuk kembali dapat meningkatkan volume ekspor batu bara,” ia menegaskan.

Koreksi Ekspor  

Lebih lanjut, Sudirman tidak menampik anjloknya ekspor batu bara periode Januari—Juli 2025 disebabkan karena melemahnya permintaan dari China. Adapun, pada 2024 China tercatat mengimpor batu bara sekitar 414 juta ton dan pada 2023 sebanyak 367 juta ton.

Di sisi lain, produksi batu bara China mencapai 3,88 miliar ton pada 2024 atau rata-rata produksi per bulan mencapai 323 juta ton. Saat ini, Sudirman memandang raksasa Asia Timur itu berhasil meningkatkan produksi batu bara menjadi di kisaran 400 juta ton per bulan.

“Di sisi lain, kebutuhan energi listrik China turun seiring dengan menurunnya kinerja industri, yang ditengarai salah satunya sebagai dampak dari perang tarif yang terjadi antara China dan AS pada semester I-2025,” ucap dia.

Turunnya kebutuhan energi tersebut turut menurunkan kebutuhan batu bara China, ditambah produksi batu bara setempat terus meningkat sehingga permintaan impor pun melemah.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor batu bara sepanjang Januari sampai Juli 2025 anjlok 21,74% menjadiUS$13,82 miliar atau sekitar Rp227,47 triliun (asumsi kurs Rp16.460 per dolar AS).

Torehan kinerja ekspor si batu hitam itu terpaut lebar dari capaian sepanjang periode yang sama tahun sebelumnya di level US$17,66 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan koreksi nilai ekspor batu bara itu ikut dibarengi dengan susutnya pengiriman batu bara secara volume sepanjang Januari sampai Juli tahun ini.

Adapun, kinerja ekspor batu bara secara volume juga terkoreksi 6,96% ke level 214,71 juta ton sampai periode yang berakhir Juli 2025, lebih rendah dari rentang yang sama tahun lalu yang sebanyak 230,76 juta ton.

Sementara itu, rata-rata unit nilai ekspor batu bara juga susut 9,64% ke level US$64,37 per ton, lebih rendah dari posisi tahun sebelumnya di level US$71,24 per ton.

Pada Senin (1/9/2025), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan mendatang ditutup di US$ 109,9/ton. Menguat 0,27% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Meski demikian, harga batu bara masih terpangkas 1,26% dalam sepekan terakhir. Selama sebulan ke belakang, harga melemah 4,39%

Sumber : https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/82624/meski-lesu-permintaan-batu-bara-china-diramal-masih-bisa-naik/2