PERHAPI Aceh dan Prodi Teknik Pertambangan USK Selenggarakan Focus Group Discussion: Masa Depan Tambang Aceh
Banda Aceh, 25 Februari 2025 – Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) Aceh bekerja sama dengan Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Syiah Kuala (USK) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan Pemerintah, Kampus, industry dan LSM yang bertajuk “Masa Depan Tambang Aceh Mau Dibawa Kemana?”.
Acara ini bertujuan untuk membahas potensi, tantangan, serta arah kebijakan pertambangan di Aceh guna memastikan pemanfaatan sumber daya mineral dan Batubara yang berkelanjutan dan berdaya saing.
Diskusi yang berlangsung di VIP AAC Dayan Dawood ini dihadiri sekitar 70 orang undangan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, akademisi, pelaku industri tambang dan jasa pertambangan di Aceh, LSM pemerhati aktivitas pertambangan, asosiasi profesi serta media.
Dalam kesempatan ini, berbagai aspek penting dibahas, seperti kebijakan dan regulasi pertambangan; peran akademisi dan kampus dalam industri tambang; sinergi industri, pemerintah dan masyarakat dalam tata kelola tambang; tantangan dan keberlanjutan masa depan industri tambang.
Ketua Perhapi Aceh, Rahmad Zahri, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya kolaborasi antara akademisi, pemerintah, industri dan LSM untuk menciptakan kebijakan pertambangan yang tidak hanya mengoptimalkan potensi sumber daya alam Aceh tetapi juga menjaga keseimbangan lingkungan dan sosial. Beliau menyampaikan bahwa FGD ini bertujuan untuk mendiskusikan tantangan utama dalam pengelolaan pertambangan, termasuk regulasi, dampak lingkungan, dan keterlibatan masyarakat, serta memperkuat sinergi antara industri, kampus, pemerintah, dan LSM dalam membangun sistem pertambangan yang lebih inklusif dan bertanggung jawab.
“Melalui diskusi ini, kita berharap dapat menghasilkan rekomendasi konkret bagi Pemerintah Aceh dan juga stakeholder terkait kebijakan, regulasi, dan praktik tata kelola pertambangan terbaik dalam industri pertambangan di Aceh.
Sementara itu, dalam sambutan dan pembukaan resmi, Wakil Rektor 4 Bidang Perencanaan, Kemitraan, dan Bisnis, Prof. Dr. Ir. Taufiq S., M.Eng, IPU, menegaskan peran akademisi dalam memberikan kajian ilmiah terkait pertambangan di Aceh. “Kami di USK siap berkontribusi dalam penelitian dan inovasi teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan industri pertambangan di Aceh,” ungkapnya.
Beberapa narasumber sebagai pemantik diskusi yang hadir dalam FGD ini antara lain ESDM Aceh (Khairil Basyar), DPTSMP Aceh (Saifullah Abdulgani), yang memaparkan isu regulasi dan perizinan pertambangan, narasumber Universitas Syiah Kuala (Warek 4 USK) mengedepankan peran dan posisi akademisi untuk mendukung teknologi pertambangan yang berkelanjutan, sedangkan perwakilan industri PT Mifa Bersaudara (Seprizki Prayudha) mengulas beberapa isu penting antara lain fluktuasi harga komoditas, hilirisasi dan diversifikasi pada aktivitas pertambangan.
Diskusi berlangsung dinamis dimoderatori oleh Muhammad Hardi, Sekjen PERHAPi Aceh. Peserta diskusi menanggapi dan aktif berdiskusi antara lain tentang PETI di Aceh, Pemanfaatan B40 dalam konteks net zero emission, sarana pelabuhan untuk industri tambang di wilayah Barat-Selatan Aceh, green mining, iklim investasi tambang dan berbagai isu terkait lainnya.
Hasil FGD ditunagkan dlm bentuk rekomendasi yang akan disampaikan kepada Pemerintah Aceh yang baru dipimpin oleh MualeMLm. Dengan adanya FGD ini, diharapkan Aceh dapat memiliki roadmap pertambangan yang lebih jelas dan strategis, serta meningkatkan sinergi antara semua pemangku kepentingan dalam mengelola sumber daya tambang untuk kemajuan daerah.
Instructor
