RESOURCESASIA.ID, JAKARTA – Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) menilai standar Environmental, Social, and Governance atau ESG dalam industri tambang nasional perlu disesuaikan dengan karakteristik lokal agar dapat diterapkan secara optimal. Ketua Bidang Hubungan Industri PERHAPI, Ardhi Ishak Koesen, mengatakan regulasi ESG saat ini masih didominasi oleh standar global yang belum tentu selaras dengan kondisi pertambangan di Indonesia.
“Saat ini, standar ESG yang ada masih merujuk pada regulasi global, yang sering kali kurang relevan dengan kondisi pertambangan di Indonesia. Oleh karena itu, kami sedang mengembangkan kaidah ESG yang dapat diadaptasi dan diterapkan secara efektif oleh perusahaan tambang nasional,” kata Ardhi dalam acara diskusi KabarBursa Economic Insight 2025 (KEI 2025) dengan tema besar Greenomic Indonesia: Challenges in Banking, Energy Transition, and Net Zero Emissions di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Rabu, 26 Februari 2025.
Dalam diskusi panel 1 bertema Embracing Sustainable Mining Practices to Build a Sustainable Future itu, Ardhi menjelaskan penerapan ESG yang tepat dapat meningkatkan transparansi industri tambang serta menarik lebih banyak investasi, khususnya dari investor global yang kini semakin selektif dalam menanamkan modalnya. Menurutnya, aspek keberlanjutan dan tata kelola yang baik menjadi faktor utama dalam menarik kepercayaan pemodal.
“Industri tambang harus mampu menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial. Dengan begitu, kepercayaan investor dan pemangku kepentingan dapat terjaga,” katanya.
Selain itu, PERHAPI juga menyoroti pentingnya keterlibatan masyarakat dalam operasional perusahaan tambang. Alumni Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada ini menilai, program tanggung jawab sosial seharusnya bukan sekadar formalitas, tetapi harus memiliki dampak nyata bagi masyarakat sekitar.
Di luar aspek lingkungan dan sosial, Ardhi menegaskan standar ESG yang diterapkan harus selaras dengan kebijakan nasional. Regulasi yang terlalu kaku atau tidak menyesuaikan kondisi lokal, kata dia, justru berpotensi menghambat operasional perusahaan tambang.
“Kami ingin memastika bahwa standar ESG yang kami kembangkan dapat diterapkan secara realistis oleh perusahaan tambang, tanpa menghambat produktivitas mereka,” katanya.
Melalui inisiatif ini, PERHAPI berharap industri tambang Indonesia dapat semakin berkelanjutan, bertanggung jawab, serta memiliki daya saing di pasar global dengan menerapkan standar ESG yang lebih komprehensif.
Profil Ardhi Ishak Koesen
Dalam dunia pertambangan Indonesia, nama Ardhi Ishak Koesen bukanlah sosok asing. Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, ia telah malang melintang di berbagai posisi strategis, mulai dari pengembangan bisnis, hubungan pemerintah, hingga pemasaran batu bara. Saat ini, Ardhi menjabat sebagai Ketua Bidang Hubungan Industrial di Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI), sebuah organisasi yang menaungi para profesional di sektor tambang.
Karier panjang Ardhi dimulai di PT Pamapersada Nusantara (PAMA), anak usaha Astra yang bergerak di bidang jasa kontraktor pertambangan. Sejak 1997, ia meniti jalur kariernya dari posisi staf hingga menjabat sebagai Senior Manager di perusahaan tersebut. Di PAMA, Ardhi juga sempat memegang posisi sebagai Head of Promotion and Government Relations di Divisi Pengembangan Bisnis. Keahliannya mencakup regulasi energi, keberlanjutan, serta kebijakan perubahan iklim—bidang yang kini menjadi perhatian utama dalam transisi menuju industri pertambangan yang lebih ramah lingkungan.
Latar belakang akademiknya pun sejalan dengan kiprahnya di industri ini. Ardhi merupakan lulusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 1991. Selain itu, ia juga mengantongi sertifikasi Public Relation Manager dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS), yang menunjukkan kepiawaiannya dalam membangun komunikasi di sektor industri dan kebijakan publik.
Kini, di tengah transisi global menuju praktik pertambangan yang lebih berkelanjutan, Ardhi hadir dalam forum KabarBursa Economic Insight (KEI) 2025 untuk berbagi wawasan mengenai tantangan dan peluang industri tambang dalam menerapkan praktik yang lebih ramah lingkungan. Sebagai representasi dari PERHAPI, ia membawa perspektif para pelaku industri yang berada di garis depan perubahan kebijakan dan operasional pertambangan di Indonesia.
Panel Diskusi I: Embracing Sustainable Mining Practices
Diskusi pada panel ini merupakan bagian dari KEI 2025 yang mengangkat tema besar “Greenomic Indonesia: Challenges in Banking, Energy Transition, and Net Zero Emissions”. Panel ini menghadirkan tiga pembicara utama, yakni Ketua Bidang Hubungan Industri Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI), Ardhi Ishak Koesen; Direktur Teknik dan Lingkungan pada Direktorat Jenderal Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM, Hendra Gunawan; dan Wakil Ketua Komisi Energi atau Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto. Mereka membahas berbagai strategi untuk mengadaptasi praktik pertambangan yang lebih ramah lingkungan.
Secara garis besar, diskusi ini menyoroti bagaimana industri pertambangan dapat bertransisi menuju keberlanjutan melalui penerapan energi terbarukan, efisiensi produksi, dan upaya pengurangan limbah. Selain itu, tantangan kebijakan dan insentif pemerintah dalam mendukung investasi hijau di sektor ini turut menjadi fokus pembahasan.
Ketua Bidang Hubungan Industri Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI), Ardhi Ishak Koesen, menyampaikan pandangannya dalam Panel Discussion I bertajuk “Embracing Sustainable Mining Practices to Build a Sustainable Future” dalam Kabarbursa Economic Insight 2025 di Le Meridien, Jakarta Pusat, Rabu, 26 Februari 2025. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.